
Pantau.com - Total utang luar negeri Indonesia hingga akhir 2017, tercatat sebesar Rp4.720,11 triliun. Dari jumlah itu, posisi utang luar negeri Indonesia oleh pemerintah, mencapai sebesar Rp2.420,33 triliun.
Porsi utang pemerintah tersebut, masih jauh lebih besar dibandingkan penarikan utang oleh swasta yang dilakukan oleh bank, non-bank, lembaga keuangan bukan bank (LKBB), dan perusahaan bukan lembaga keuangan.
Penarikan utang luar negeri oleh swasta, pada tahun lalu tercatat Rp2.299,76 triliun.
Baca juga: 'Warning' untuk Pemerintah! Hati-hati Pungut Utang dari Luar Negeri
Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan hal tersebut disebabkan adanya percepatan pembangunan infrastruktur pada tahun 2017. Sebagian besar pendanaan proyek infrastruktur dinilai bersumber dari utang.
"Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah lebih cepat yaitu tumbuh 14 persen di 2017 berkaitan dengan percepatan pembangunan infrastruktur. Dari total 245 proyek strategis nasional memang sebagian besar pendanaan berasal dari utang," ujar Bhima saat dihubungi Pantau.com, Senin (5/3/2018).
Ia menjelaskan, faktor tersebut dinilai menjadi salah satu penyebab porsi utang pemerintah lebih tinggi dibandingkan swasta. Selain itu, situasi ekonomi yang belum pulih, inflasi dan kondisi politik yang belum stabil menjadi disebut-sebut menjadi alasan swasta mengerem pengambilan utang.
Bhima mengatakan, penarikan utang oleh swasta agak melambat lantaran melihat data beli masyarakat yang belum kembali pulih. Hingga saat ini, tingkat daya beli masyarakat merupakan faktor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun tingkat pertumbuhannya belum kembali besar.
Baca juga: Duh! Pegang Proyek Infrastruktur, Utang dari China Diprediksi...
Tapi, Bhima memperkirakan kondisi tersebut akan berbanding terbalik usai gelaran Pemilu 2019 mendatang.
"Kenaikan harga bbm (bahan bakar minyak) nonsubsidi, inflasi pangan, dan tahun politik membuat swasta agak mengerem utang. Diprediksi, setelah pemilu usai di 2019 swasta akan tancap gas lagi," kata Bhima.
- Penulis :
- Martina Prianti










