
Pantau.com Penurunan tingkat keyakinan konsumen yang ditemukan Bank Indonesia (BI), diyakini tidak bakal berlanjut pada bulan depan terlebih sepanjang 2018.
Hasil survei Bank Indonesia (BI) menyebutkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menurun di Februari 2018 menjadi 122,5 dibandingkan Januari 2018 yang tercatat 126,1.
Meski demikian, karena Indeks Keyakinan Konsumen masih berada di atas 100, BI mengkategorikan konsumen secara umum, masih optimistis.
Baca juga: Duh! Survei BI Sebut Keyakinan Konsumen Indonesia Turun
Setali tiga uang dengan BI dalam laporan hasil surveinya, Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto pun menilai hal demikian. Ia mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen BI di bawah angka 100, terakhir kali terjadi pada bulan September dan Oktober 2015. Hal tersebut lantaran adanya kabar kalau pemerintah pada saat itu, bakal penyesuaian alias menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Baca juga: Ini Sektor Ekonomi yang Paling Banyak Tarik Utang, Kok Bisa?
"Karena sebelumnya dan Januari 2018 juga indeks (BI) tinggi, jadi wajar Februari agak turun tapi, selama indeks masih di atas 100 itu masih bagus. Lagian, pada Februari kan masyarakat belum tahu kalau pemerintah tidak akan menaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga tahun depan, jadi kepercayaan masyarakat akan meningkat lagi," kata Myrdal Gunarto ketika dihubungi Pantau,com, Rabu (7/3/2018).
Ia mengatakan pernyataan pemerintah yang tidak akan menaikan tarif listrik dan harga BBM hingga tahun depan, akan menjadi tambahan stimulus bagi masyarakat baik dari sisi keyakinan maupun optimisme terhadap potensi pertumbuhan ekonomi.
Terlebih, Myrdal melanjutkan pada saat ini belanja pemerintah masih konsisten tinggi dan banyak mengucurkan dana kepada daerah seperti dana desa. Penyaluran dana tersebut, dapat lebih mendorong kegiatan ekonomi di daerah.
Ia melanjutkan harga komoditas (ekspor) juga relatif baik pada tahun ini selain investasi masih banyak masuk ke Indonesia seperti dalam foreign direct investment (FDI, investasi asing langsung). "Keyakinan masyarakat mestinya bisa meningkat kembali bulan depan. Apalagi adanya kepastian pemerintah tidak menaikan listrik dan BBM," papar Myrdal.
Ia mengatakan masih relatif tingginya tingkat daya beli masyarakat, bisa menjadi salah satu sinyal baik bagi pebisnis maupun pemerintah. "Konsumsi masyarakat akan bertahan pada posisi sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia," lanjut Myrdal.
Baca juga: Pengin Traveling dan Umroh? Yuk Cobain Deh Investasi Dolar Amerika
Gelaran Pilkada serentak, kata Myrdal, bisa turut mendorong tingkat konsumsi masyarakat. Alasannya, masa kampanye Pilkada serentak bakal meningkatkan aktivitas masyarakat termasuk kegiatan ekonomis.
"Masyarakat akan kecipratan hikmah tahun politik dalam masa kampanye. Misalnya, kegiatan dangdutan inikan akan menambah penghasilan masyarakat yang berkaitan dengan penyediaan dangdutan, penghasilan dari itu tentu ada yang untuk konsumsi," katanya.
Tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen. Sementara itu BI mematok target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sebesar 5,4 persen plus minus 1 persen.
- Penulis :
- Martina Prianti