
Pantau.com - Badan Pusat Stastistik (BPS) mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati jika ingin menaikkan harga bahan bakar (BBM) bersubsidi. Sebaliknya, kenaikkan harga BBM nonsubsidi yang terakhir pada Sabtu lalu (24/2/2018), dinilai tidak memberikan efek besar pada inflasi.
"Saya kira pemerintah kan janji tidak menaikkan hingga Maret 2018 sesuai janjiny. (jika ada kenaikkan) perlu agak hati hati
karena dampaknya kan akan besar kemana-kemana," kata Kepala BPS Suhariyanto, Kamis (1/3/2018).
Baca juga: Inflasi Februari 0,17 Persen, Begini Hasil Kajian BPS
Jika harga BBM subsidi sampai naik harga, akan memberikan multiplier efek antara lain kenaikan harga sejumlah barang karena naiknya biaya distribusi dari sisi bensi. Nah jika hal ini terjadi, sontak akan mendongkrak inflasi.
Di sisi lain pada Sabtu pekan lalu, Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM nonsubsidi dengan jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Racing, Dexlite, dan Pertamina Dex. Kebijakan menaikkan harga sendiri dilakukan Pertamina sebagai renspon adanya kenaikan harga minyak di pasar dunia.
Baca juga: Hore! Tekanan Harga Minyak Dunia Melemah
Kenaikan harga berada di kisaran Rp 300 per liter. Pertamax dari Rp 8.600 per liter kini menjadi Rp 8.900 per liter dan untuk Pertamax Turbo menjadi Rp 10.100. Kenaikan tertinggi terjadi pada jenis Dexlite, dari Rp 7.500 per liter kini menjadi Rp 8.100 per liter. Adapun harga Pertalite tetap Rp 7.600 per liter.
"(kenaikan harga) pertamax pengaruhnya masih kecil," kata Suhariyanto. Jadi, katanya kenaikan harga BBM nonsubsidi tidak memberikan efek besar seperti jika terjadi kenaikan harga BBM subsidi.
- Penulis :
- Martina Prianti