
Pantau.com - Buntut terseretnya dua nama petinggi PDI Perjuangan, Puan Maharani dan Pramono Anung oleh terdakwa Setya Novanto dalam sidang kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP membuat partai besutan Megawati Soekarnoputri itu dengan Partai Demokrat saling tuding.
Hal ini pun menimbulkan persepsi publik bahwa hubungan di antara dua partai tersebut memang tidak harmonis.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin, menilai bahwa hal tersebut biasa dan lumrah terjadi dalam konteks politik.
"Berseberangan dan berkonflik antar sesama partai merupakan sesuatu yang wajar," kata Ujang kepada Pantau.com, Rabu (28/3/2018).
Baca juga: Rachland Demokrat: Hubungan dengan PDIP Tidak Pernah Baik
Menurutnya, politik itu adalah seni, terdapat banyak seni dalam politik. Oleh karena itu hubungan yang tak harmonis antara kedua partai besar di kancah perpolitikan Indonesia itu diharapkan tidak terus menerus terjadi.
"Namun hubungan tidak baik tersebut jangan sampai mendarah daging dan bermusuhan seumur hidup. Karena pada sejatinya politik itu seni. Seni kemungkinan. Seni kalah dan menang. Seni berteman dan bermusuhan. Jadi anggaplah politik sebagai seni untuk bersahabat," katanya.
Baca juga: Demokrat Desak KPK Proses Siapapun yang Terlibat Korupsi e-KTP
Sebelumnya, Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik membenarkan perseteruan yang terjadi antara partainya dengan PDIP. Ia mengatakan hubungan Demokrat dengan partai berlambang banteng bermoncong putih tersebut tidak memiliki titik temu yang baik.
"Jadi hubungannya enggak pernah baik. Enggak bisa dibilang baik dengan PDIP. Itu sebetulnya sikap mereka (PDIP) begitu, bukan kami. Kita enggak bisa dibilang baik, PDIP-nya seperti itu yang ditunjukkan manuver politik Hasto Kristiyanto seakan tidak pernah memandang kami. Mereka selalu berpandangan buruk," kata Rachland kepada Pantau.com, Selasa, 27 Maret 2018.
- Penulis :
- Adryan N