
Pantau.com - Pasukan Rusia berantakan, menangis dan mulai frustrasi di Ukraina. Tentara Rusia yang muda dan ketakutan menangis saat mereka pergi berperang, di mana mereka diminta untuk "menembak semua orang, bahkan warga sipil".
Invasi Rusia ke Ukraina tampaknya tidak berjalan sesuai rencana. Pasukan Vladimir Putin mendapat perlawanan keras dari tentara dan warga Ukraina. Kota-kota besar Ukraina juga belum jatuh ke tangan pasukan Putin.
Pasukan Rusia telah membombardir orang-orang Ukraina yang tidak memiliki peralatan lengkap. Bahkan beberapa di antaranya membuat senjata buatan sendiri.
"Melihat operasi Rusia sejauh ini, mereka mengalami masalah luar biasa dengan logistik dan komunikasi. Seluruh upaya tampaknya kacau balau," tulis Michael Kofman, pakar militer Rusia di Wilson Center Washington, dalam sebuah tweet, dilansir mirror.co.uk.
Selain itu, semangat tentara Rusia tampaknya mulai rendah, dengan media Ukraina melaporkan ada pemberontakan di dalam kapal Rusia yang menolak untuk menyerang pelabuhan Ukraina, Odessa.
Sebelum serangan habis-habisan dimulai, Rusia mengirim radio kepada para pejuang Ukraina yang mengatakan bahwa mereka tidak akan menyerang dan meminta untuk diizinkan meninggalkan teluk tanpa cedera.
Mantan diplomat Ukraina Olexander Scherba, menulis di Twitter: "Tadi malam sekelompok besar kapal perang Rusia akan melancarkan pendaratan di pantai Odesa."
"Mereka mendekati pantai. Rusia akan menghancurkan pantai. Ukraina hendak membalas, tiba-tiba mereka mundur. Laporan bahwa marinir dari Krimea menolak untuk menyerang Odessa."
Pada saat yang sama, pasukan Rusia mendapat pukulan lebih keras dari yang diperkirakan dengan gambar kendaraan militer diledakkan dan mayat tentara terbunuh, banyak di antaranya ditinggalkan di tempat mereka meninggal.
Dan rekaman suara tampaknya menunjukkan tentara garis depan yang putus asa, mengeluh soal keadaan dan menangis tentang apa yang harus mereka lakukan.
Perusahaan intelijen Inggris ShadowBreak Intl telah mendengarkan pesan seluler dan radio yang dikirim oleh tentara Rusia dan mencatat moral yang rendah, lapor Daily Telegraph.
Dalam satu percakapan, seorang komandan senior memerintahkan untuk menyerang sebuah kota dengan tembakan artileri, tetapi bawahannya mempertanyakannya dengan mengatakan bahwa warga sipil harus disingkirkan terlebih dahulu dan itu kemudian diterima dengan berat hati.
Komandan senior kemudian terdengar berkata: "Kami sudah di sini selama tiga hari! Kapan itu akan siap?"
Percakapan lain melibatkan seorang prajurit yang tampak menangis dan berkata "lambat, lambat".
Pendiri ShadowBreak Samuel Cardillo mengatakan bahwa dia telah menerima rekaman dari para amatir yang mendengarkan percakapan tersebut.
"Ini pada dasarnya seperti memasuki frekuensi (radio) polisi di AS," kata Cardillo.
"Pada dasarnya Rusia mengirimkan sinyal analog. Jadi ketika mereka meminta dukungan udara, atau dukungan apa pun, Anda akan mendengar suara helikopter atau pesawat tempur."
"Kami diberitahu bahwa kami akan disambut dengan tangan terbuka, tetapi mereka menyebut kami fasis," seorang tentara Rusia dilaporkan mengirim SMS kepada ibunya dalam sebuah pesan yang dibacakan oleh Serhiy Kyslytsia, utusan Ukraina di PBB.
Dia juga membacakan bahwa tentara itu berkata: "Satu-satunya hal yang saya inginkan saat ini adalah bunuh diri.
Baca juga: Menyayat Hati, Gadis Kecil Ukraina Ini Sesegukan Melepas Ayahnya Berperang Lawan Rusia
Baca juga: Rusia Kembali Bombardir Wilayah Ukraina, Warga Diminta Segera Pergi atau Mati
rn- Penulis :
- Aries Setiawan