
Pantau.com - Pengamat sosial dari Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, Oryza Pneumatica Indrasari menilai peingatan Hari Buruh atau Mayday memiliki dampak negatif. Salah satunya adalah membuat masyarakat resah jika diperingati dengan cara berunjuk rasa di jalan raya.
"Aksi hari buruh dengan berunjuk rasa di jalanan berdampak pada penutupan akses jalan yang berakibat adanya gangguan bagi pengguna jalan lain," kata Oryza di Mataram, Jumat, 27 April 2018.
Baca juga: Mayday 2018, Buruh Demo Tolak Perpres Tenaga Kerja Asing
Menurut Oryza, para pengguna jalan raya akan merasa khawatir bila bertemu dengan para pengunjuk rasa yang nampak meluapkan emosi. Bahkan, bisa menyebabkan trauma pada anak-anak yang dibawa orang tuanya saat mengikuti aksi unjuk rasa di jalanan.
"Sehingga penilaian untuk yang tidak berkepentingan, hari buruh dapat diingat sebagai hari yang mencemaskan," kata Oryza.
Di satu sisi, kata dia, unjuk rasa yang digelar memang dapat dimaklumi, mengingat relasi sosial yang dibangun antara buruh dan majikan terkadang bersifat eksploitatif.
Hal itu nampaknya memang terjadi sehingga tuntutan buruh atas kehidupannya yang belum sejahtera menjadi perjuangan kelompok buruh.
"Nampaknya wajar bila hak belum terpenuhi, sementara kewajiban terus bertambah. Maka ketimpangan itu akan mendatangkan ketertindasan," ujarnya.
Baca juga: KSPI Akan Deklarasi Capres Pilihan Buruh Saat Mayday, Siapa?
Menurut Oryza, pemerintah harus memainkan peran yang seimbang baik bagi perusahaan maupun bagi pekerjanya. Pemerintah harus melindungi dan membela hak-hak buruh sehingga dapat memberikan jaminan ketenangan bagi buruh untuk kesejahteraan hidupnya.
"Jangan sampai ketidaksejahteraan buruh akan menimbulkan gejolak sosial dan harga politik yang tinggi sehingga pada akhirnya harus dibayar oleh seluruh komponen bangsa," ucapnya.
"Kuncinya adalah membangun hubungan kerja sama yang egaliter," kata Oryza.
- Penulis :
- Adryan N