
Pantau.com - Jika di Indonesia istilah penjajahan tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa, berbeda cerita dengan Thailand yang tidak pernah dijajah oleh bangsa mana pun. Ya, Thailand menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tak pernah tersentuh oleh penjajah.
Negara yang juga tergabung menjadi anggota ASEAN ini justru menjadi negara netral ketika terjadi Perang Dunia II. Tidak ada bangsa Eropa mana pun yang menjajah negara dengan julukan Negeri Gajah Putih ini.
Lantas apa yang menyebabkan Thailand menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang terbebas dari penjajahan bangsa Eropa? Berikut ini 5 alasan Thailand terhindar dari penjajahan. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Baca juga: 5 Rekomendasi Film Thailand yang Seru Ditonton di Akhir Pekan
1. Cepat beradaptasi dan terbuka dengan modernisasi
Pada abad ke-19, dilansir dari buku History of Each Country around the World (2018) karya Nam H Nguyen kerajaan Thailand sebelumnya dikenal sebagai Siam sampai tahun 1939.
Ketika itu, Thailand menjadi negara yang cepat beradaptasi saat mengetahui sejumlah negara tetangga dijajah oleh bangsa Barat, seperti Burma (sekarang Myanmar) dijajah oleh Inggris dan Indochina Prancis (sekarang menjadi Vietnam, Laos, dan Kamboja) yang dijajah oleh Prancis.
Pada tahun 1852 percepatan modernisasi lantas segera dilakukan oleh Raja Rama IV dan penerusnya, Raja Rama V, dengan tujuan utama menjadikan Siam negara yang "sepadan" dengan negara Barat.
Aksi modernisasi dilakukan dengan melakukan perubahan dalam beberapa aspek. Dimulai dengan mengubah pendidikan Siam menjadi pendidikan gaya Eropa, yaitu dengan memasukkan mata pelajaran geografi dan astronomi modern dengan tujuan untuk dapat mengenal negara Barat sebelum negara-negara tersebut masuk ke Siam.
Selanjutnya, Raja Rama IV menyadari banyaknya misionaris Kristen yang datang ke Siam, hal itu membuatnya mempekerjakan misionaris tersebut untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada keluarga kerajaan.
Kemudian, menyewa tentara dari negara Barat untuk melatih pasukan Siam. Ia juga meningkatkan hak perempuan di Siam dengan membebaskan selir-selir kerajaan untuk mencari suami sendiri dan melarang segala jenis kawin paksa serta penjualan istri guna melunasi hutang.
Berikutnya, Raja Rama V melakukan perubahan dengan meminta seluruh rakyat Siam mengganti sepatu tradisional Thailand menjadi model sepatu Eropa yang lebih modern. Hal itu bertujuan agar ketika bangsa Eropa datang ke Siam, berpikir bahwa masyarakat Siam bukan negara terbelakang justru bangsa Eropa akan berpikir bahwa mereka setara dan menganggap Siam sebagai teman. Selain itu, Raja Rama V juga membayar arsitek-arsitek dari Eropa untuk membangun berbagai macam gedung dan juga benteng bergaya Eropa.
2. Perjanjian Browing
Pada tahun 1854, seorang koloni Inggris bernama John Browing yang merupakan Gubernur Hongkong, datang ke Siam untuk merundingkan sebuah perjanjian.
Perjanjian ini menetapkan penghapusan monopoli pajak perdagangan luar negeri yang selama ini dilakukan oleh kerajaan, menghapus bea impor dan membuat sebuah hukum di mana warga negara Inggris di Siam hanya tunduk pada hukum Inggris (karena saat itu di Siam terdapat sebuah metode penyiksaan yang disebut Nakorn Bala). Perjanjian ini sebenarnya sangat menguntungkan Inggris dan merugikan Siam, tetapi ini merupakan salah satu langkah untuk menghindar dari penjajahan.
Perjanjian ini merugikan Siap, di mana pajak dan bea impor merupakan sumber pendapat terpenting, tetapi perjanjian di sisi lain juga mengintegrasikan Siam ke dalam ekonomi dunia. Siam kemudian menjelma menjadi pasar penjualan barang-barang industri dan investasi negara Barat. Siam juga melakukan eskpor khususnya untuk produk beras, timah, dan kayu jati.
3. Berhasil melakukan diplomasi dengan Prancis dan Inggris
Kerajaan Siam sadar bahwa negaranya berada di posisi yang sulit karena berada di antara negara jajahan Perancis dan jajahan Inggris. Siam saat itu merupakan negara penyangga (buffer state) antara dua kekuatan besar yang berpotensi bermusuhan, Burma yang dijajah Inggris dan Indochina Prancis yang dijajah Prancis.
Awal mula Siam menjadi negara penyangga diawali ketika hubungan Siam dengan Inggris yang saat itu sangat dekat karena faktor perdagangan. Di lain sisi, Prancis saat itu sedang berencana untuk memperluas wilayahnya dengan mengambil alih seluruh Siam.
Kemudian Prancis menyarankan untuk membagi Siam menjadi dua dengan Inggris, tetapi melalui diplomasi, sebuah perjanjian ditandatangani pada 1896 dengan tujuan menjaga kemerdekaan Siam dan Siam akan menjadi buffer state antara Prancis dengan Inggris.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Menarik di Thailand yang Jarang Diketahui
4. Turut serta dalam Perang Dunia I
Pada tahun 1917, Siam menyatakan perang terhadap kekaisaran Jerman dan Austria Hongaria. Pernyataan perang ini bukan tanpa alasan, yakni bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari Inggris dan Prancis yang saat itu juga menyatakan perang ke negara tersebut.
Partisipasi Siam ini membuat Siam mendapatkan kursi pada Konferensi Perdamaian Versailles pada Januari 1919. Siam juga mengirimkan tentaranya, yang sudah mengenal dan mengerti teknik peperangan negara Barat, ke Prancis untuk bertugas di Front Barat.
5. Thailand minim hasil bumi
Berbeda dengan negara tetangganya di Asia Tenggara, Thailand tidak memiliki tanah yang begitu subur. Hal itu menyebabkan negara lain tidak tertarik untuk menjajah Thailand dan menganggap tidak ada hasil bumi yang bisa diambil oleh penjajah dari negara tersebut.
Nah, itulah 5 alasan mengapa Thailand tidak pernah dijajah oleh bangsa mana pun. Tidak heran ya jika nama Thailand berasal dari bahasa Thai yaitu Prathet Thai yang artinya Tanah Kebebasan. Namun demikian, sebenarnya Thailand juga ikut merasakan tekanan dan mendapatkan pengaruh dari negara Barat khususnya dari Inggris dan Prancis ketika itu.
- Penulis :
- Finda Rhosyana