Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Setya Novanto Baca Puisi di Akhir Pleidoi, Menyindir Siapa?

Oleh Adryan N
SHARE   :

Setya Novanto Baca Puisi di Akhir Pleidoi, Menyindir Siapa?

Pantau.com - Suasana sidang pembacaan nota keberatan (pleidoi) Setya Novanto penuh dengan drama. Setelah berhasil menciptakan suasana haru, para pengunjung sidang juga disuguhi puisi bernada sindiran yang dibacakan Novanto karya sahabatnya sekaligus penyair Dinda Jalil yang berjudul 'Di Kolong Meja'.

"Majelis hakim, mohon diizinkan baca puisi satu menit, puisi untuk Pak Setya Novanto, dari Dinda Jalil," ujar Novanto di Ruang Persidangan, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat (13/4/2018).

Baca juga: Setya Novanto Menangis Saat Membacakan Pleidoi, Ini Penyebabnya

Isi puisi itu penuh dengan misteri dan tanda tanya, sehingga siapapun yang mendengarnya akan dibuat penasaran apa maksud dan arti dari puisi itu. Terlebih Novanto seperti menyindir seseorang di akhir puisinya yang berbunyi "Apakah mereka akan senantiasa di sana.. dengan mental banci berlumur keringat ketakutan dan sesekali terbahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan?," 

Kalimat ini tentu saja seolah menyatakan Novanto hanya korban yang dijebak dan terseret dalam pusaran korupsi e-KTP.

Adapun isi puisi lengkap itu sebagai berikut :

Di Kolong Meja 

Di kolong meja ada debu yang belum tersapu,

karena pembantu sering pura pura tak tahu


Di kolong meja ada biangnya debu yang memang sengaja tak disapu, bersembunyi berlama-lama karena takut dakwaan seru melintas membebani bahu


Di kolong meja tersimpan cerita seorang anak manusia Menggapai hidup gigih dari hari ke hari meraih ilmu, dalam keterbatasan untuk cita-cita kelak yang bukan semu, tanpa lelah dan malu bersama debu menghirup udara kelabu


Di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia

yang semula bersahaja, akhirnya bisa diikuti siapa saja, karena cerdas caranya bekerja


Di kolong meja ada lantai yang mulus tanpa cela, ada pula yang terjal bergelombang

siap menganga, menghadang segala cita-cita,

apabila ada kesalahan membahana, 

kolong meja siap membelah, menerkam tanpa bertanya

bahwa sesungguhnya ada berbagai sosok yg sepatutnya jadi sasaran


Di kolong meja ada pecundang

yang bersembunyi sembari cuci tangan

cuci kaki

cuci muka

cuci warisan kesalahan


Apakah mereka akan senantiasa di sana?

Dengan mental banci berlumur keringat ketakutan

dan sesekali terbahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan?

Baca juga: Bacakan Nota Pembelaan, Setya Novanto Minta Maaf

Usai membaca puisi, Setya Novanto kemudian menghampiri meja majelis hakim untuk menyerahkan pleidoi dan buku berjudul Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat yang merupakan buku otobiografinya.

"Buku ini kami susun, berkaitan dengan kinerja kami, mohon diterima," ujarnya.

Penulis :
Adryan N